
10 Jajanan Pasar yang Mulai Langka, Masih Ingat Rasanya?
admin
- 0
Jajanan pasar adalah bagian dari kekayaan kuliner Indonesia sejak zaman dahulu, menyimpan cerita, tradisi, dan cita rasa yang menggugah selera untuk dinikmati. Cita rasa khasnya yang menggugah selera membuat berbagai jenis kudapan ini selalu menjadi favorit banyak orang. Namun, seiring perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup masyarakat, beberapa jajanan pasar mulai sulit ditemukan. Banyak di antaranya hanya tersedia di daerah tertentu atau hanya dibuat oleh sedikit pedagang yang masih melestarikan resep tradisionalnya.
Berikut adalah lima jajanan pasar yang mulai langka dan mungkin hanya bisa kita nikmati di tempat-tempat tertentu:
1. Kue Rangi

Kue Rangi adalah jajanan khas Betawi yang terbuat dari campuran tepung sagu dan kelapa parut yang dipanggang di cetakan khusus. Setelah matang, kue ini disajikan dengan gula merah cair yang legit. Perpaduan rasa gurih dari kelapa dan manis dari gula merah membuatnya sangat khas.
Sayangnya, keberadaan kue Rangi semakin sulit ditemukan di pasar tradisional. Banyak penjual yang beralih ke usaha lain karena proses pembuatannya yang memerlukan ketelatenan. Selain itu, kurangnya minat generasi muda untuk mengonsumsi jajanan tradisional juga menjadi salah satu faktor yang membuat kue ini semakin langka.
2. Kue Putu

Kue Putu adalah salah satu jajanan pasar yang ikonik dengan suara khas dari alat pengukusnya. Dibuat dari tepung beras yang diisi gula merah, lalu dikukus dalam tabung bambu, kue ini memiliki aroma pandan yang menggoda dan rasa yang legit.
Meskipun masih bisa ditemukan di beberapa tempat, penjual kue Putu semakin berkurang. Proses pembuatannya yang cukup rumit dan harus dilakukan secara tradisional membuat banyak pedagang enggan meneruskannya. Padahal, kue ini sangat disukai karena teksturnya yang lembut dan rasa manisnya yang tidak berlebihan.
3. Clorot

Clorot adalah jajanan tradisional dari Jawa Tengah dan Yogyakarta yang memiliki tampilan unik karena dibungkus dengan janur (daun kelapa muda). Adonan kue ini dibuat dari tepung beras dan gula merah, kemudian dikukus hingga matang. Teksturnya yang lembut dengan cita rasa manis khas gula aren membuatnya begitu menggugah selera.
Sayangnya, karena pembuatannya cukup rumit dan memerlukan keahlian khusus dalam menggulung janur, clorot kini semakin jarang dijumpai di pasaran. Hanya beberapa daerah tertentu yang masih memproduksinya, terutama dalam acara-acara adat atau perayaan khusus.
4. Cenil

Cenil adalah jajanan berbahan dasar tepung tapioka yang dibentuk kecil-kecil dengan warna-warni cerah. Biasanya, cenil disajikan dengan taburan kelapa parut dan gula merah cair, menciptakan perpaduan rasa manis dan gurih yang khas.
Dulu, cenil sangat mudah ditemukan di pasar tradisional, tetapi kini jajanan ini mulai jarang ditemui. Banyak orang yang lebih memilih jajanan modern dengan tampilan lebih menarik. Padahal, cenil memiliki rasa makanan yang khas dan tekstur kenyal yang unik, membuatnya berbeda dari jajanan lainnya.
5. Getuk Lindri

Getuk Lindri adalah jajanan khas Jawa yang dibuat dari singkong yang dihaluskan, dicampur dengan gula dan pewarna alami, lalu dibentuk memanjang dan dipotong kecil-kecil. Teksturnya yang lembut serta rasanya yang manis membuatnya sangat digemari.
Sayangnya, getuk lindri semakin sulit ditemukan karena makin sedikitnya pedagang yang membuatnya. Banyak orang lebih memilih camilan instan daripada makanan tradisional yang membutuhkan proses pembuatan manual. Namun, di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, masih ada pasar-pasar yang menjual getuk lindri sebagai bagian dari warisan kuliner setempat.
Mengapa Jajanan Pasar Semakin Langka?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan jajanan pasar semakin sulit dijumpai. Salah satunya adalah perubahan pola konsumsi masyarakat. Banyak orang kini lebih memilih makanan cepat saji atau kue modern yang dianggap lebih praktis. Selain itu, proses pembuatan jajanan tradisional yang rumit dan membutuhkan keterampilan khusus membuat semakin sedikit orang yang tertarik untuk melestarikannya.
Banyak pedagang juga mengeluhkan bahwa bahan baku pembuatan jajanan pasar semakin mahal dan sulit diperoleh. Ditambah lagi, persaingan dengan makanan-makanan kekinian yang lebih menarik secara visual membuat jajanan pasar semakin terpinggirkan.
Upaya Melestarikan Jajanan Pasar
Meski banyak jajanan pasar yang mulai langka, masih ada harapan untuk melestarikannya. Beberapa komunitas kuliner dan pecinta makanan tradisional kini mulai mengangkat kembali popularitas jajanan pasar melalui media sosial. Selain itu, festival kuliner dan bazar jajanan tradisional juga menjadi salah satu cara untuk menjaga eksistensi makanan-makanan khas Indonesia.
Di beberapa daerah, ada juga inisiatif dari generasi muda yang tertarik untuk mempelajari dan menjual kembali jajanan pasar. Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, diharapkan jajanan pasar tidak hanya sekadar kenangan, tetapi tetap bisa dinikmati oleh generasi mendatang.
Sebagai penikmat kuliner, kita juga dapat berperan dalam melestarikan jajanan pasar dengan tetap membelinya saat menemukannya di pasar tradisional atau toko kue khas daerah. Selain itu, mencoba membuat sendiri jajanan pasar di rumah juga bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk menjaga warisan kuliner ini. Tidak ada salahnya sesekali memasak jajanan pasar di dapur kuliner pribadi, agar cita rasa khasnya tetap hidup.
Kesimpulan
Jajanan pasar adalah bagian tak terpisahkan dari kekayaan kuliner Indonesia. Meski kini semakin sulit ditemukan, jajanan seperti kue Rangi, Putu, Clorot, Cenil, dan Getuk Lindri masih memiliki tempat di hati banyak orang. Dengan adanya upaya dari berbagai pihak, termasuk komunitas pecinta kuliner dan generasi muda, jajanan pasar masih memiliki peluang untuk tetap eksis.
Melestarikan jajanan pasar bukan hanya sekadar menjaga makanan tradisional, tetapi juga melestarikan budaya dan sejarah kuliner Indonesia. Jadi, jika Anda masih bisa menemukan jajanan pasar favorit Anda, jangan ragu untuk membelinya dan menikmatinya, karena siapa tahu suatu hari nanti jajanan itu benar-benar menjadi kenangan.