dapurkuliner – Gelaran Muktamar 2025 tak hanya menjadi ajang silaturahmi dan diskusi keagamaan, tapi juga kesempatan emas untuk menikmati ragam kuliner khas Nusantara. Ribuan peserta dari berbagai daerah tampak memanfaatkan waktu senggang di sela-sela acara untuk berwisata kuliner di sejumlah titik populer di Kota Solo dan sekitarnya.
1. Kuliner Jadi Daya Tarik Tambahan bagi Peserta
Bagi sebagian besar peserta, kehadiran di Muktamar kali ini bukan hanya untuk berpartisipasi dalam forum utama, tapi juga untuk merasakan kekayaan cita rasa Indonesia. Dari sate kere di Gladag, tengkleng di Pasar Klewer, hingga selat Solo yang melegenda, berbagai kuliner lokal menjadi incaran.
“Rasanya seperti napak tilas kuliner Nusantara. Tiap sudut kota punya cerita dan rasa unik,” ujar Ahmad Fadli, peserta asal Kalimantan Selatan.
2. UMKM Kuliner Lokal Kebanjiran Pembeli
Kegiatan ini membawa berkah tersendiri bagi pelaku UMKM kuliner. Sejak hari pertama Muktamar, sejumlah warung, kafe, dan penjaja makanan kaki lima mengalami lonjakan pengunjung.
Pemilik warung nasi liwet “Bu Sastro”, mengaku omzetnya meningkat hingga tiga kali lipat. “Alhamdulillah, banyak peserta datang makan di sini, bahkan beberapa rombongan pesan dalam jumlah besar,” katanya dengan senyum semringah.
3. Pemerintah Daerah Siapkan Zona Wisata Kuliner
Pemkot Surakarta bekerja sama dengan Dinas Pariwisata membuka zona wisata kuliner khusus peserta Muktamar di area sekitar Stadion Manahan dan Balaikota. Di sana, lebih dari 50 stand menampilkan aneka makanan khas dari berbagai provinsi seperti rendang, papeda, gudeg, coto Makassar, hingga seruit Lampung.
“Konsepnya ingin menunjukkan bahwa keberagaman rasa adalah bagian dari kekayaan budaya Indonesia,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Surakarta, Tri Hastuti.
4. Peserta Luar Negeri Terpukau Cita Rasa Tradisional
Tak hanya peserta dalam negeri, delegasi luar negeri pun turut menikmati kelezatan kuliner lokal. Beberapa di antaranya bahkan mencoba makanan pedas khas Jawa Tengah untuk pertama kalinya.
“Indonesia punya rasa yang kompleks tapi menyenangkan. Saya suka sambal dan nasi liwet,” ujar Dr. Yusuf Al-Hadi, peserta asal Malaysia sambil tertawa.
5. Promosi Budaya Lewat Gastronomi
Menurut pengamat budaya R. Bambang Wiratama, momentum ini bisa menjadi promosi efektif pariwisata dan budaya Indonesia melalui gastronomi. “Muktamar bukan hanya ajang spiritual, tapi juga diplomasi budaya lewat makanan. Setiap sajian mengandung nilai gotong royong, kehangatan, dan keikhlasan yang menjadi ciri masyarakat Indonesia,” jelasnya.
Penutup
Muktamar 2025 di Surakarta membuktikan bahwa kuliner memiliki peran penting dalam mempererat silaturahmi dan memperkaya pengalaman peserta. Di balik setiap sendok makanan yang disantap, tersimpan pesan tentang kebersamaan dan keberagaman yang menjadi kekuatan sejati Indonesia. Bagi banyak peserta, pulang dari Muktamar tak hanya membawa ilmu dan inspirasi — tapi juga rasa dan kenangan dari cita rasa Nusantara yang tak terlupakan.

