dapurkuliner – Insiden keracunan massal kembali terjadi di sekolah setelah sejumlah siswa dilaporkan sakit usai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG) berupa olahan ikan hiu. Kasus ini sontak memicu kekhawatiran orang tua dan mendorong pihak sekolah menutup sementara dapur penyedia makanan. Namun, kebijakan tersebut justru ditolak sebagian orang tua karena dianggap tidak menyelesaikan persoalan mendasar terkait keamanan pangan.
- Kronologi Keracunan Siswa
 Keracunan terjadi setelah para siswa menyantap menu ikan hiu yang disajikan dalam program MBG. Beberapa jam kemudian, sejumlah siswa mulai mengalami gejala mual, pusing, dan muntah. Pihak sekolah segera mengevakuasi korban ke puskesmas dan rumah sakit terdekat. Data sementara mencatat puluhan siswa terdampak dengan tingkat keparahan berbeda. Meski sebagian besar sudah diperbolehkan pulang setelah mendapat perawatan, insiden ini meninggalkan trauma mendalam bagi para siswa dan keluarganya.
- Penutupan Dapur MBG
 Sebagai langkah cepat, pihak sekolah bersama dinas terkait memutuskan menutup dapur MBG yang memasok makanan untuk sementara waktu. Keputusan ini diambil untuk mencegah keracunan susulan sekaligus memberi ruang bagi tim kesehatan melakukan investigasi. Namun, penutupan dapur justru menimbulkan perdebatan. Sebagian orang tua mendukung langkah itu, tetapi sebagian lainnya menilai solusi tersebut hanya sementara dan tidak menjawab persoalan standar kualitas bahan makanan.
- Penolakan Orang Tua dan Kekhawatiran Lanjutan
 Sekelompok orang tua siswa menolak penutupan dapur dengan alasan program MBG merupakan kebutuhan vital bagi anak-anak, terutama bagi keluarga kurang mampu. Mereka mendesak pemerintah dan sekolah agar tidak sekadar menutup dapur, melainkan memperketat pengawasan, mengganti menu yang lebih aman, serta memastikan proses pengolahan makanan sesuai standar kesehatan. Menurut mereka, penghentian layanan justru akan merugikan siswa yang sangat bergantung pada program makan gratis tersebut.
- Investigasi dan Evaluasi Pemerintah
 Dinas kesehatan dan keamanan pangan daerah turun langsung memeriksa sampel makanan, bahan baku, serta kondisi dapur. Dugaan awal mengarah pada kualitas ikan hiu yang tidak segar dan pengolahan yang kurang tepat. Pemerintah daerah menyatakan akan melakukan evaluasi menyeluruh, mulai dari rantai distribusi bahan makanan hingga tenaga pengolah. Hasil investigasi akan dijadikan dasar untuk memperbaiki standar MBG agar insiden serupa tidak terulang di masa mendatang.
- Harapan Perbaikan Program MBG
 Kasus keracunan ini menjadi catatan penting bagi keberlanjutan program MBG. Banyak pihak menilai program tersebut tetap dibutuhkan, namun pelaksanaannya harus benar-benar diawasi. Orang tua berharap pemerintah menyediakan tim audit pangan independen yang secara rutin memeriksa kualitas menu di sekolah. Selain itu, menu MBG sebaiknya lebih bervariasi dengan bahan yang mudah dipastikan keamanannya. Dengan begitu, tujuan program untuk meningkatkan gizi siswa bisa tercapai tanpa mengorbankan keselamatan mereka.
Keracunan menu ikan hiu di sekolah menjadi peringatan keras bahwa program makan gratis tidak bisa dilepaskan dari aspek keamanan pangan. Dengan pengawasan ketat, transparansi, serta kerja sama orang tua, sekolah, dan pemerintah, diharapkan insiden serupa tidak lagi menghantui dunia pendidikan.


